Selasa, 09 November 2010

cerpen ku

Mangga


Suatu ketika ada suatu keluarga yang kondisinya tak karuan. Keluarga tersebut adalah keluarga bu Haritini. Bu Hartini mempunyai seorang anak yang bernama Tarti dan mempunyai seorang suami yang tak jelas pekerjaannya dan tak pernah di rumah. Dan apabila suaminya pulang , suaminya hanya minta uang kepada bu Hartini. Dan apbila tidak dikasih , suaminya akan menghancurkan barang-barang yang berada di rumahnya, seperti piring, gelas , dan lain-lain. Terpaksa bu Hatini harus memberikan uangnya kepada suaminya, padahal uang itu adalah hasil jerih payahnya menjadi buruh cuci. Dan uang itu sebenarnya akan dipakai bu Hartini untuk membayar sekolah anak semata wayangnya si Tarti. Sungguh malang nasib bu Hartini karena hidupnya di bebani dengan masalah-masalah yang tak kunjung usai. Sebenarnya dengan pekerjaannya bu Hartini terlalu berat memenuhi kebutuhan hidunya. Sampai-sampai bu Haritini harus mengutang ke bu Halimah yaitu RT di tempat tinggal bu Haritini. Dan terkadang bu Hartini malu untuk mengutang kepada bu Halimah , karena utangnya yang telah menumpuk cukup banyak.



Suatu ketika saat anak semata wayangnya si Tarti pulang dari sekolah, dia menceritakan bahwa dia pulang dari rumah Nina , Nina adalah anak dari bu Halimah , Tarti berada di rumah Nani untuk belajar kelompok dan main bersama dengan Nani dan Tarti sering ikut menonton Televisi didalam rumah Nani , karena di rumah Tarti tidak mempunyai Televisi. Tarti menceritakan tentang saat dia berada di rumah Nina, saat itu dia mengerjakan perkejaan rumah bersama di rumah Nani , dia disuguh sepiring mangga yang kelihatannya sangat manis sekali didepan mata Tarti. Karena saat itu memang pohon depan rumah Nani sedang panen mangga. Tarti pun ingin sekali menikmatinya tapi Tarti belum mau memakannya karena belum dipersilahkan untuk memakannya. Tiba-tiba ayah Nani memanggil Nani dan dia mau diajak menengok neneknya yang tiba-tiba sakit dan dibawa kerumah sakit, Dan Tartipun disuruh pulang karena Nani tidak bisa untuk tidak ikut , karena Nani sayang sekali sama neneknya. Saat jalan pulang Tarti berjalan dengan muka yang cemberut, karena Tarti ingat tentang mangga yang disuguhkan kepadanya yang belum sempat dia cicipi manisnya mangga itu. Sungguh dia menyesal karena dia belum sempat menyicipinya dan Tarti berpikir kenapa dia tadi tidak langsung mengambilnya tanpa diberi persilahkan tapi dia meyudahkan itu , karena memang saat itu keadaannya sedang tidak baik dan tiba-tiba , karena nenek Nani yang sakit dan dibawa ke Rumah sakit dan mungkin itu belum rezekinya .Tarti selalu ingin untuk berpiki positif.



Memang sungguh malang nasib Tarti karena belum sempat mengicipi manisnya mangga itu. Dan saat itu bu Hartini mendengar cerita anaknya itu, bu Hartini sedih bahwa dia tahu bahwa anak semata wayangnya itu ingin merasakan manisnya mangga. Tetapi, bu Hartini sedang tidak punya uang karena baru saja ayah Tarti dating dan mengambil paksa uang simpanan yang untuk membayar sekolah Tarti. Bu Hartini sangat sedih karena dimasa kecil anaknya , dia tidak bisa membahagiakannya. Belum usai masalah satu muncul lagi masalah lainnya. Tentang desas-desus tetangganya bahwa suami menjadi preman pasar di sebuah pasar yang lumayan jauh dari bu Hartini. Mendengar itu hati bu Hartini sangatlah miris, sungguh malang nasib bu Hartini, semakin berat hidup bu Hartini karena masalah yang bertubi-tubi menghampirinya.




Dan tak lama dari hari itu pada malam hari bu Halimah datang kerumah bu Hartini. Dan bu Halimah terlihat dari jauh mendekati rumah bu Hartini dengan sekantong plastik yang kelihatannya berisi mangga yang matang . tetapi , pikir bu Hartini datang untuk menagih hutang bu Hartini . Tapi pemikiran bu Hartini salah, ternyata bu Halimah datang dengan maksud baik , ingin memberi sekantong plastik untuk diberikan kepada Tarti . Sungguh senangnya hati Tarti waktu itu, karena buah yang di idam-idamkannya sekarang telah di bawanya didalam kantong plastik yang ditentengnya. Dan bukan hanya itu saja bu Halimah ke rumah bu Hartini , bu Halimah juga mau memberi kabar tentang suaminya. Bu hartini memberi tahu bahwa desas-desus tentang suaminya itu benar. Sungguh kagetnya bu Hartini mendegar kabar itu. Katanya bu Halimah, dia melihat sendiri dengan mata kepalanya saat bu Halimah sekeluarga menjenguk neneknya bahwa suami bu Hartini menjadi preman pasar dan dia pesta minuman keras dengan teman-temannya yang bertato dan mempuyai wajah yang garang dan karena takut bu halimah tidak ingin mendekatinya.




Bukan hanya itu saja , bu Halimah juga memberi kabar baik , bu Halimah memperkerjakan bu Hartini dirumahnya sebagai pembantu rumah tangga. Dan akan digaji selayaknya dan tiap bulan akan dipotong sedikit sampai hutang bu Hartini lunas. Mendengar itu bu Hartini sangat senang sekali, tanpa berpikir panjang bu Hartini menerimanya. Dan bu Hartini keesokan harinya sudah bisa masuk kerja di rumah bu Halimah. Sungguh senang hati bu Hartini , dia bersyukur mendapat pertolongan dari bu halimah dan berterima kasih kepada bu Halimah. Karena bu Halimah telah memberi anak semata wayangnya mangga yang telah di idam-idamkan nya , dan memberi bu Hartini pekerjaan yang layak baginya.



Pada pagi harinya saat ingin berangkat ke rumah bu Halimah , anaknya mengerang kesakitan pada perutnya yang kemungkinan karena kebanyakan makan mangga tadi malam. Dan bu Hartini bilang kepada Tarti bahwa Tarti dibawa ke Puskesmas setelah pulang dari rumah bu Halimah. Saat berjalan ke rumah bu Halimah , bu Hartini berpikir bahwa orang susah bila di beri kenikamatan tetap saja pada akhirnya tetap saja ada sesuatu yang terjadi seperti sakit perutnya si Tarti , tetapi bu Hartini hanya ingin berpikir positif , bahwa penyakit itu datang karena kurang bersyukurnya bu Hartini kepada Allah swt.



Selesai


Keterangan: cerita ini dibuat oleh saudara Alfian fery akbari dengan sumbernya dari suatu cerita yang pernah didengar oleh saudara tetapi sama pada inti sarinya , pembeberan/pengembangannya berbeda jauh dengan cerita aslinya.
Thanks to : allah swt , orag tua saya dan Bu Esty suryani yang telah membimbing saya hingga bisa membuat cerpen ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar